Selasa, 08 Januari 2013

KAPAL


Kapalku telah berlayar. Siap mengarungi samudra. Ya, kapal, karena aku memang menyukainya. Kapal dan laut. Keduanya saling bertaut. Saling padu. Tak pisah. Kapal yang selalu butuh laut, menerjang laut, menuju ke seberang.
Pernah suatu hari aku bermimpi menjadi pemberita laut yang siap mengabarkan kondisi keadaan laut setiap detik menitnya dengan bantuan gelombang kawat ke seantero jagad. Dengan nada berita seperti penyair membacakan puisi. Pasti sangatlah menyenangkan. Pasti membahagiakan. Entah laut dalam keadaan baik atau buruk badai sekalipun. Ya, ini mimpiku yang konyol dan lucu. Tapi, aku tak pernah menyesalinya. Bahkan, bila ini terjadi aku akan sangat tak percaya. Tenang, segera ku tepuk-tepuk pipiku, meyakinkan bahwa ini hanya mimpi.
Hei, Kapalku siap mengarungi samudra biru. Berlayar sampai pelabuhan yang di kehendaki. Hingga sampai pada tujuannya.
Romantisme laut. Romantisme biru. Dengan kapal yang siap mengantar kemana saja. Kau bisa melapangkan dada, memandang langit biru dan juga laut biru. Biru; tak ada habisnya. Bagiku, ada sebuah kelegaan ketika memandang biru. Ada suatu syukur. Biru, berhasil menenungku, jatuh cinta padanya. Ini bukan melebih-lebihkan, hanya inilah adanya.
Hanya kali ini kapalku berlayar tanpa aku. Kapalku berlayar dalam waktu yang cukup lama. Pergi tanpa kepastian kapan kembali. Ia hanya berkata, akan berlayar ke seluruh pelosok laut Nusantara. Ia ingin tahu isi negerinya. Ya, begitu kata si kapal. Ia ingin tahu negerinya. Dan kembali, ketika ambisinya telah tuntas terselesaikan. Aku pun begitu, aku juga pergi, aku juga ingin tahu Nusantaraku. Ingin tahu isi negeriku. Berlari, mencari yang kucari, menggenggam yang ku ingini. Ya, sama sepertimu, kapal. Aku pun berambisi. Pergilah, arungi samudramu. Kejar keinginanmu. Tuntaskan ambisimu. Biar aku juga pergi, dengan masih bersama hangat Biru. Dengan membawa nyanyian ombak yang terus menderu, nyanyian alam maha indah ini. Berjalan, menjejak dari satu tanah ke tanah lain. Sama sepertimu dari laut satu ke laut lain. Kita sama; masih di peluk dengan biru. Berbahagialah, karena biru adalah temu. Akan ada cerita menggebu, nanti, Kau dan lautmu. Aku dan tanahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar