Kamis, 10 Januari 2013

Singkong dalam Modernitas, Masyarakat Urban, dan Identitas Antar Waktu


/1/
            Indonesia merupakan negara yang memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dengan pesona alamnya yang masih subur dan hijau, dengan 16.000 pulaunya yang beragam, bahasanya yang mencapai ratusan, suku, seni dan budayanya, juga keunikan daerahnya masing-masing. Sebagai warga negara Indonesia kita seharusnya patut bersyukur dengan apa yang telah ada di Indonesia. Memanfaatkan segala yang ada dengan baik. Namun, hal ini masih belum memungkinkan. Di Indonesia banyak berdiri pabrik-pabrik milik luar negri, perusahaan milik pengusaha asing, berdiri mall-mall, pusat perbelanjaan yang meniru gaya asing. Segalanya di Indonesia sekarang ini mengikuti gaya kebarat-baratan. Banyak pengaruh asing yang masuk dan secara tidak langsung, pelan tapi pasti telah mempengaruhi dan menggerogoti sendi-sendi Indonesia.
            Indonesia kehilangan jati diri bangsa, kehilangan ibunya, hilang arah. Sekarang para masyarakat Indonesia sendiri belum tentu tahu, belum tentu mengerti segala sesuatu mengenai bangsanya sendiri. Dari adat, falsafah hidup, jati diri, dan seni budaya yang ada pada bangsanya. Ini dikarenakan adanya pengaruh-pengaruh asing yang masuk tanpa di saring terlebih dulu di Indonesia. Segala barang dan merek yang ada berasal dari luar negeri, segalanya serba impor, antara lain; kedelai impor, beras impor, sapi impor, dan berbagai macam bahan pokok dan barang lainnya.
            Dahulunya Indonesia adalah negara yang masih dibalut dengan nuansa tradisional yang sangat kental, namun seiring kemajuan teknologi, masuknya pengaruh barat ke Indonesia mengakibatkan adanya perubahan besar dimana segala sesuatu serba modern, serba canggih, cepat, instan, teknologi semakin beragam yang membuat segalanya serba mudah. Selain itu hal ini mempengaruhi perilaku masyarakar juga dimana konsumerisme masyarakat semakin tinggi, gaya hidup masyarakat juga berubah ke modern, dikesampingkannya nilai-nilai tradisional, juga memudarnya identitas kelokalan dalam tubuh setiap masyarakat.
            Dalam makalah ini penulis ingin menyampaikan salah satu dari imbas modernitas yang saat ini sedang terjadi, yaitu modernitas makanan. Tidak bisa dipungkiri di zaman yang serba canggih dan modern ini segala kebutuhan juga mengikuti arus zaman, mulai dari teknologi komunikasi yang modelnya beragam, life style dari pakaian, kecantikan, gaya hidup manusia itu sendiri juga berubah mengikuti zaman, dan salah satunya yang akan disampaikan penulis yaitu mengenai makanan. Di sini penulis menyoroti salah satu makanan tradisional Indonesia yang sekarang ini telah ikut melambung ke dunia modern yaitu singkong. Singkong merupakan makanan tradisional Indonesia, selain itu di beberapa daerah singkong juga telah menjadi bahan makanan pokok dalam kehidupan sehari-hari, biasanya yang mengkonsumsi singkong adalah masyarakat desa. Selain padi yang menjadi alternative makanan pokok, singkong pun juga tak ketinggalan, karena selain juga sama mengenyangkan, singkong juga mudah untuk ditanam, cepat besar, dan bagi masyarakat harga singkong bisa dibilang murah palagi untuk kantong wong cilik. Namun, seiring modernitasnya zaman, singkong semakin terpinggirkan, tergantikan dengan makanan modern dari luar seperti roti, chicken, pizza hut, burger, dan lain sebagainya. Paling-paling kita bisa menjumpai singkong rebus di desa, dan di kota, kita hanya menemui makanan yang berbau keju, saus, sandwich.
            Namun jangan salah, di zaman yang serba canggih ini tentu yang biasa-biasa bisa dirubah menjadi luar biasa, yang ndeso berubah modern, termasuk juga singkong, makanan dari desa ini pun bisa ngluyur ke kota dengan penampilan berbeda mengikuti arus zaman yang canggih ini. Dalam makalah ini penulis akan menggali maksud dari perubahan singkong dari tradisional ke modern, nasib singkong saat ini yang sudah di dandani dengan berbagai macam bedak, apa yang mendasari perubahan ini, dampak-dampak yang ditimbulkan khususnya pada masyarakat urban, serta identitas hubungan antar waktu yang dialami oleh singkong dari nuansa yang dulunya tradisional berubah menjadi style modern. 
/2/
Singkong sering disebut-sebut sebagai bahan makanan ndesa atau berasal dari kampung. Meski saat ini beraneka ragam usaha makanan yang berbahan dasar singkong mulai menjamur, namun rata-rata usaha tersebut masih bermotivasi untuk “mengangkat derajat” singkong supaya lebih bergengsi. Artinya, singkong masih dianggap sebagai bahan makanan rendahan. Banyak sekali gerai di seputar Jalan Kaliurang dengan mengusung indentitas yang sama sekali baru, seperti Singkong Talk, boleh dikatakan ingin mengarah kepada Bread Talk. Singkong sebagai identitas pangan yang dibudidayakan di Jawa dan sekitaranya dibuat sedemikian rupa untuk menyerupai pangan dalam rangka pemenuhan tuntutan modernitas. Di mata pemerintah dan masyarakat, singkong pun dianggap sebagai bahan makanan lokal yang perlu digalakkan sebagai bahan makanan pokok alternatif. Istilah bahan makanan lokal juga perlu dicermati, tidak hanya beras saja yang bisa menjadi makanan pokok, namun singkong juga bisa karena mengandung karbohidrat. Pun juga harga singkong terjangkau dibandingkan dengan harga beras yang mahal. Belum tentu semua masyarakat bisa menjangkaunya.
Namun pada zaman yang serba canggih ini, singkong telah bertransformasi dari makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat desa kini juga telah dikonsumsi oleh masyarakat kota. Singkong telah bertransformasi dari yang semula singkong hanya direbus dan diberi garam langsung bisa dimakan, kini telah menjadi makanan dengan berbagai macam penampilan dan bedak yang beragam. Keragaman inilah yang menjadi sebuah tanda tanya yang perlu dikuak dan digali lebih lanjut dengan adanya transformasi singkong yang semula tradisional ke modern, yang semula menjadi makanan kegemaran orang desa karena tinggal ambil di lading belakang rumah kini telah di gandrungi masyarakat perkotaan.
Transformasi Singkong dari Tradisional ke Moderen
            Di zaman yang serba canggih ini apapun bisa dilakukan, barang yang jelek bisa di ubah menjadi bagus, barang yang semulanya murahan bisa di rubah menjadi barang yang mahal, barang yang tidak dipakai bisa dimanfaatkan dengan segala kecanggihan teknologi saat ini. Begitu juga dengan singkong, makanan yang berasal dari desa ini kini telah sampai ke kota dengan penampilan baru yang lebih memikat konsumennya. Singkong semula hanya di konsumsi orang desa sebagai bahan makanan pokok, di rebus atau di goreng, dan sekarang ini singkong yang berada di kota telah mempunyai tampilan sendiri. Manusia semakin lama semakin cerdas, selain dirinya sendiri yang mengikuti arus modernitas, manusia dengan kecerdikan akalnya juga membuat singkong ikut ke arus modernitas. Selama ini sudah banyak sekali makanan-makanan modern yang menjamur, seperti pizza hut, burger, hot dog, chicken dan lain sebagainya. Makanan modern ini membuat makanan lokal semakin tergeser. Masyarakat semakin terpengaruhi citraan yang terdapat pada makanan-makanan modern. Para pemodal menciptakan symbol yang membuat masyarakat modern menjadi tergiur. Berbagai citraan dibuat semenarik mungkin hingga merubah pandangan masyarakat, khususnya mengenai makanan.
Makanan modern yang telah menjamur di pasaran terutama di kota, di mall-mall yang membuat masyarakat seringkali berpikiran bahwa inilah makanan orang modern, makanan orang masa kini, makanan orang berduit, makanan orang gaul. Bila tidak menkonsumsi makanan ini berarti bukan orang modern alias ndeso. Tidak hanya dari symbol, dan gambar saja tapi para pemodal juga mempublikasikan makanan-makanan ini lewat iklan di televise yang secara otomatis cepat sekali mempengaruhi masyarakat sehingga pandangan masyarakat berubah terhadap makanan. Efek yang ditimbulkan dari pencitraan yang berlebihan ini membuat masyarakat tidak peduli makanan ini sehat atau tidak karena bagi mereka dengan mengkonsumsi makanan ini mereka merasa prestise mereka telah naik.
Atas berbagai alasan inilah singkong hadir di dunia modern, mengikuti arus makanan-makanan modern dengan tampilan yang berbeda. Kini, kita bisa mengetahui di kota, di mall-mall telah banyak menjamur berbagai macam makanan berbahan dasar singkong seperti kripik singkong, singkong keju, singkong talk, singkong balado, dan singkong-singkong lainnya. Singkong telah di dandani oleh para manusia dari yang pada mulanya ndeso menjadi modern bersaing dengan makanan-makanan modern lainnya. Singkong sekarang ini di buat semenarik mungkin agar para masyarakat berminat. Dengan tampilan yang beragam seperti singkong keju yang merupakan perpaduan antara nuansa tradisional dan modern yang membuat masyarakat penasaran dan tertarik dengan singkong keju ini. Singkong Talk merupakan salah satu singkong yang laris, dimana dalam makanan ini ada perpaduan bumbu Indonesia dan Barat, Singkong Talk dibuat lebih mirip dengan roti jaman sekarang sehingga membuat masyarakat tertarik, karena masyarakat sekarang banyak yang menyukai roti. Kue singkong coklat merupakan kue berbahan dasar singkong yang diberi paduan rasa coklat. Ada juga Tela-tela yang merupakan singkong goreng yang kemudian diberi berbagai macam bumbu rasa balado, keju, jagung bakar dan lain sebagainya. Pada dasarnya, singkong pada sekarang sama halnya dengan makanan modern saat ini, hanya di zaman modern ini lebih bervariasi. Dengan cerdik, manusia merubah singkong yang semula hanya di konsumsi di desa kemudian di bawa ke kota dengan tampilan meniru makanan-makanan modern saat ini. Dengan sedikit perpaduan antara singkong dengan adanya variasi campuran makanan modern, maka berubahlah singkong dari semula dikenal di desa kini menjamur di perkotaan.
Selain itu para produsen singkong juga tak kalah cerdik dengan para pemodal makanan-makanan modern saat ini. Para penjual dan pengusaha singkong modern pun juga mengcreate masyarakat dengan berbagai citraan dan symbol yang dibuat semenarik mungkin, sehingga para masyarakat pun tertarik dengan adanya singkong modern ini. Pada zaman sekarang ini permainan simbol-simbol sangat mempengaruhi masyarakat bahkan dapat merubah pandangan masyarakat, tentunya symbol yang menarik, bagus, seperti halnya yang ada dalam singkong modern dimana kemasannya di buat semenarik mungkin sehingga membuat siapa yang melihat tergiur. Selama ini kebanyakan para pengusaha singkong bermain pada rasa dan citraan yang dibuat melalui gambar, symbol, maupun iklan. Dan sekarang ini, di kota-kota besar khususnya Surabaya sendiri berbagai nmakanan yang berbahan singkong kini telah menjamur dan menjadi makanan yang cukup di gemari oleh masyarakat tentunya dengan tampilan yang berbeda. Kini singkong tak hanya di desa tapi juga merambah ke perkotaan.
Singkong dan Perilaku Masyarakat Urban
Masyarakat urban merupakan masyarakat yang tinggal di perkotaan yang muncul sebagai akibat dari kuatnya magnet kota. Masyarakat ini berasal dari penjuru-penjuru daerah, dari desa, dan juga daerah pinggiran. Mereka ummunya ingin mengadu nasib di perkotaan untuk mencari pekerjaan, berwirausaha, dan tujuannya adalah memenuhi kebutuhan agar lebih baik. Masyarakat urban yang datang ke kota kebanyakan dari mereka adalah mendirikan usaha-usaha sendiri. Seperti halnya kita ketahui di Surabaya bahwa para penjual di pasar, para penjual makanan yang berada di sekitar kampus, warung-warung pinggir jalan yang berentet di Jalan Karangmenjangan juga di Jalan Dharmawangsa, penjualnya adalah para masyarakat dari penjuru daerah lain. Kebanyakan dari mereka mengadu nasib ke kota besar untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin tinggi.
Sama halnya dengan para pengusaha singkong yang berada di kota-kota. Penulis sempat melakukan sedikit wawancara dan observasi terhadap para penjual singkong moderen yang berada di sekitar Kampus B Universitas Airlangga, dan hasilnya adalah kebanyakan dari para penjual singkong ini adalah mereka yang bukan orang yang berdomisili Surabaya melainkan hampir semua dari penjual singkong adalah mereka dari daerah lain. Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya para penjual singkong yang berada di kota-kota adalah mereka yang berasal dari daerah atau masyarakat urban, mereka mempunyai ide baru untuk mentransformasi singkong mengikuti kondisi jaman. Singkong instan, cepat saji, dan bercita rasa khas moderen. Para masyarakat urban ini bermain mengikuti arus jaman, mengikuti tuntutan modernitas, sehingga dengan hasrat “memenuhi kebutuhan hidup”, “mencari penghasilan”, maka muncul ide untuk membuat singkong sesuai tuntutan modernitas, sesuai permintaan masyarakat modern saat ini.
Selain para penjual dan para pengusaha singkong maka ada pula penikmat singkong. Siapakah mereka? Para penikmat singkong di kota sudah dari berbagai macam kalangan dengan adanya tampilan singkong yang beraneka ragam saat ini. Singkong telah masuk ke pusat perbelanjaan, pusat oleh-oleh dan juga mall-mall di Indonesia. Secara otomatis, singkong telah menyebar di berbagai kalangan dan inilah yang membuat singkong menjadi eksis, tidak hanya masyarakat desa yang menikmati tapi masyarakat kota pun bisa. Lalu, bagaimana perilaku masyarakat urban sendiri terhadap singkong moderen? Masyarakat urban merupakan masyarakat yang berasal dari daerah. Menurut analisa penulis sendiri, masyarakat urban yang mengetahui adanya singkong moderen ini pastinya senang dengan adanya singkong modern, dengan catatan mereka masyarakat urban yang berpenghasilan menengah. Karena bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah membeli singkong modern dengan citarasa yang baru bisa mereka jangkau. Sedangkan bagi masyarakat urban yang berpenghasilan rendah membeli singkong moderen adalah hal yang susah, karena ada yang tentunya lebih mereka prioritaskan dari pada membeli singkong moderen ini. Selain itu, banyak pula masyarakat urban yang mengabaikan keberadaan singkong ini. Bagi mereka masyarakat urban yang telah terseret dalam arus modernitas, mereka memilih membeli makanan lain yang lebih moderen, ber brand luar yang meningkatkan prestise mereka sebagai masyarakat moderen, ada gengsi pada diri mereka untuk kembali mencicipi rasa singkong kembali. Tapi tidak semua masyarakat urban demikian, sebagian masyarakat urban sendiri merasa terobati dengan adanya singkong yang masuk ke perkotaan. Karena dengan begini singkong bisa mereka nikmati dengan cara cepat, instan, dengan beragam citarasa, dan sesuia tuntutan modernitas sat ini.
Singkong dan Identitas Antar Waktu
Telah kita ketahui dari berbagai penjelasan mengenai singkong di atas bahwasanya singkong telah mengalami perubahan, dari singkong yang semula tradisional hanya di rebus atau di goreng kini mengalami perubahan menjadi beranekaragam makanan baru. Seiring berkembangnya zaman maka segala sesuatunya pun juga mengalami perubahan termasuk singkong. Banyak sekarang ini makanan tradisional yang di moderenkan. Makanan-makanan ini hanya tinggal di poles sedikit, dengan lebih cantik, dengan tampilan menarik, dan dengan dukungan  berbagai citraan maka jadilah. Banyak pula makanan tradisional yang telah merambah mall-mall karena citarasanya yang khas dan tidak kalah dengan makanan yang berasal dari luar. Tentunya, dengan harga yang bisa dibilang fantastis.
Singkong yang semula sebagai identitas pangan yang dibudidayakan di Jawa dan sekitarnya dibuat sedemikian rupa untuk menyerupai pangan dalam rangka pemenuhan tuntutan modernitas. Modernitas ini tidak dilandaskan pada efisiensi dan efektifitas namun sekedar nama belaka. Dapat kita lihat sendiri pada kenyataannya bahwa segala macam makanan moderen belum tentu menyehatkan. Makanan-makanan yang dibuat dengan berbagai macam bumbu-bumbu masakan moderen, dan berbagai penyedap rasa yang hanya tinggal beli di pasaran, berasal dari pabrik-pabrik dimana masyarakat si penjual tidak mengetahui proses pembuatannya, benarkah makanan yang seperti ini menyehatkan. Berdasarkan data dari para ahli kesehatan dan para peneliti menyatakan bahwa penyedap rasa menyebabkan rusak otak anak-anak, sedangkan untuk orang dewasa akibatnya bisa memicu degeneratif syaraf otak, dengan munculnya parkinson, huntington, ALS dan alzheimer alias pikun. Namun, di Indonesia kurang sekali wacana menggencarkan berita ini terhadap masyarakat dan juga masyarakat yang tahu pun kurang menyadari. Bagi sebagian orang menganggap kesehatan adalah urusan akhir yang penting adalah urusan lidah.
Selain itu makanan saat ini, khususnya singkong telah bertransformasi dari singkong biasa yang tradisional, singkong yang menjadi khas masyarakat timur kini telah berduet dengan makanan khas barat. Salah satu contoh yang bisa di ambil yaitu singkong keju. Singkong yang merupakan khas timur, dan keju yang merupakan khas barat. Perpaduan antara dua makanan bertransformasi menjadi makanan baru. Seiring berjalannya waktu inilah identitas yang Indonesia. Mengikuti perkembangan zaman segalanya pun juga ikut berkembang, mengikuti arus. Menurut penulis, dari analisa singkong ini dapat diketahui bagaimana identitas singkong berubah seiring waktu dari tadisional ke moderen. Adanya percampuran dari berbagai macam pengaruh dari luar yang masuk ke Indonesia membuat segalanya mengalami perubahan, adanya asimilasi: percampuran dua budaya yang menghasilkan budaya baru. Dan ini sama halnya dengan singkong sekarang ini. Lalu, dimanakah letak identitas murni sekarang ini, identitas pada diri kita masing-masing. Masihkah ada atau jangan-jangan sudah tidak ada. Inilah yang masih menjadi pertanyaan. Pada nyatanya, modernitas telah membawa perubahan pada masyarakat Indonesia, gaya hidup, lifestyle, dan juga perilaku masyarakat.
/3/
            Pada akhirnya modernitas yang terjadi di Indonesia telah menciptakan banyak perubahan, pada kenyatannya pun bisa kita lihat sendiri mulai gaya hidup masyarakat, lifestyle, dan juga perilaku masyarakat yang meniru orang barat. Berbagai macam identitas khas Indonesia kini mengabur telah bercampur dengan modernitas sehingga perlu dipertanyakan kembali mana identitas diri kita sendiri dan mana pula yang bukan identitas. Dari pembahasan singkong ini mungkin bisa sedikit terkuak perilaku-perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan adat ketimuran yang sebenarnya mengandung ajaran-ajaran yang tinggi dan beralih ke moderen. Dan dari Singkong, makanan taradisional ini kita bisa mengaca bagaimana kondisi Indonesia sekarang ini, mana identitas dan mana yang bukan identitas. Masihkah ada identitas atau sebenarnya sudah tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar